Akhir akhir ini, kosa kata
kebohongan banyak dipertanyakan dan banyak diperbincangkan, terkati dengan
berbagai masalah dan problem yang mengemuka disekitar lingkungan kita tinggal.
Kebohongan itu sendiri sederhanya adalah sebuah aktualisasi dari perkataan yang
tidak sesuai dengan fakta, secara umum dalam kebohongan ada pihak yang
dirugikan karena wacana yang ditelurkan melalui pemberitaan.
Karena kebohongan adalah
merugikan pihak pihak lain, maka agama melarang keras berbuat demikian,
jangankan bohong yang terkait dengan pihak lain, berbohong kepada diri sendiri
saja dilarang. Kebalikan dari “bohong” adalah “jujur”, Agama manapun menuntut
untuk berbuat jujur, berkata yang jujur, lidah sesuai dengan hati dan aktifitas
sesuai dengan isi nurani hanya semata mataniat suci mengharap pahala dari Allah.
Agama mendorong pemeluknya
untuk berbuat jujur, karena perbuatan jujur akan mendorong manusia untuk
berbuat benar dan kebenaran akan menuntun manusia menuju jalan surga,
sebaliknya kebohongan akan mendatangkan malapetaka dan dosa yang menjerumuskan
manusia ke dalam neraka. Karena itu Ibnu Mas’ud meriwayatkan Hadits dari
Rasulullah saw, berbuatlah jujur karena jujur menunjukkan kebaikan dan kebaikan
akan menunjukkan kepada surga, jauhilah dusta karena dusta akan mendatangkan
dosa, dan dosa menjerumuskan ke neraka.
Orang yang berbuat bohong
kelak akan ditempatkan oleh Allah di neraka terhina, sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang munafik berada pada tingkatan paling bawah dari
neraka. Dan sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan seorang penolong pun bagi
mereka (QS. An nisa’:45). Ayat ini turn tekait atas kebohongan dan
pengkhianatannta ‘Abdullah bin Ubay dan kawan-kawannya, kataran kejahatan
berbuat bohong begitu besar sehingga Allah mengancam adzab berupa tempat beraka
tingkatan paling bawah.
Yang menarik lagi,
sejatinya orang yang berbuat kebohongan tidak akan mendapat pertolongan dari
Allah, dan rupanya fakta di masyarakat, orang yang berbohong juga tidak akan
mendapat perlindungan dari orang sekelilingnya.
Terkait manusia adalah
makhluk yang bergerak di wilayah domistik dan publik, maka kebohongan yang
munculpun sesuai dengan skala yang ada. Ada kebohongan domistik, yaitu
kebohongan yang dibuat untuk mengelabuhi orang orang lingkup masyarakat
domistik, dan ada kebohongan publik, yaitu suatu kebohongan yang ranah jelajah
kebohongan tersebut sudah menyebar ke wilayah publik.
Karena bohong adalah salah
satu tanda dari sifat munafik, sedangkah orang munafik adalah musuh dalam
selimut maka siapapun orangnya, tak perduli apakah dia pejabat atau rakyat,
sahabat atau kerabat, atasan maupun bawahan, terhadap orang yang mengidap
penyakit bohong harus diwaspadai, sesungguhnya meraka adalah musuh yang
senantiasa mengancam keberlangsungan kehidupan sosial.