Demokrasi
& Kesejahtraan : Langkah
Memperbaiki Diri
Jalan
demokrasi seperti saat ini tetap dilihat sebagai jalan paling beradab untuk mewujudkan
kesejahtraan rakyat. Persoalanya, mimpi yang tidak kunjung datang akan
kesejarteraan dapat menjadi senjata paling ampuh yang akan melumpuhkan
demokrasi. Meniti jalan demokrasi dengan demikian bukan persoalan yang sederhana.
Dibutuhkan kesadaran, kesabaran dan ketelitian untuk memastikan bahwa ujung
dari perjalanan demokrasi bukan hanya untuk demokrasi tetapi juga untuk
kesejarateraan. Pada titik ini, dibutuhkan sikap kritis yang tidak kenal lelah
untuk memastikan penyimpangan-penyimpangan dalam meniti jalan demokrasi tidak
terjadi.
Intelektual independent dan civil society
perlu menjadi organ yang terus mengawal jalannya demokrasi agar demokrasi
berjalan pada rell dan tidak ditumpangi oleh free rider. Mereka juga dituntut untuk senantiasa melakukan
penyegaran pemikiran agar pelapukan praktek berdemokrasi segera dapat
diantisipasi.
Demokrasi
adalah mimpi sekaligus harapan yang selalu diusung untuk diaktualisasikan. Tetapi
pada kenyataan dalam berdemokrasi ternyata tidak berbanding lurus dengan
praktek-praktek dilapangan yang justru dilakoni oleh pengila demokrasi itu
sendiri. Sehingga dalam anggapan masyarakat bahwa berdemokrasi dapat menjadi
tolak ukur bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang lebih baik, baik itu
ditingkat nasional sampai pada tingkat lokal demokrasi masih jauh dari harapan.
Berbagai
macam konsilidasi, revitalisasi dan penguatan bahkan banyak dari mereka yang
rindu terhadap wujud cita-cita berdemokrasi serta telah banyak menyita energi
tenaga dan pikiran, namun bukan berarti berdiam dengan berbagai macam
dialektika dan keinginan tersebut harus terhenti dan semangat menjadi mandul
hanya karena begitu banyak tantangan yang menghadang. Dalam realitasnya, hampir
tidak ada satupun segmen kehidupan kita yang tersentuh dengan istilah yang
disebut dengan “ Berdemokrasi “ baik politik, ekonomi, sosial pemerintah bahkan sampai
pada tataran birokrasi kampus.
Semua
praktek kehidupan bermasyarakat ini seolah-olah ingin selalu diberi jargon
demokrasi, pertanyaannya. Apakah sudah layak demokrasi yang ada sampai hari ini
berlandaskan azas dalam berdemokrasi ?
Pertanyaan
ini menurut penulis, merupakan pertanyaan yang sederhana. Sehingga wajar banyak
dari litelatur, wacana, opini, serta riset bahkan sampai dunia mayapun
menyampaikan keluhan, harapan dan cita-citanya terhadap lahirnya sistem
politik, ekonomi, pemerintah dan sistem birokrasi kampus yang demokratis.
Diskursus
mengenai demokrasi seperti terus berlangsung dan semakin kompleks, lebih-lebih
wacana penguatan dalam berdemokrasi dari atas sampai keakarnya dapat semakin
vulgar pasca reformasi 1998. Banyak dari pejuang reformasi yang waktu itu
menaruh harapan dalam berdemokrasi yang mampu memberikan kontribusi terhadap
kesejahteraan masyarakat. Namun kita tidak bisa pungkiri bahwa banyak kelemahan
dalam melihat semua itu ada yang sudah letih mengunyah-mengunyah istilah
tersebut, tetapi ada juga yang baru ingin memulai meski terlambat tetapi masih
lebih baik ketimbang tidak sama sekali. Semua itu adalah sebagai langkah
membangun demokrasi yang lebih baik.
Berbagai
macam upaya untuk terus mendorong terwujudnya masyarakat yang maju dan
berdemokrasi terus barlangsung, tidak saja lewat kampanyeprogram-program
pembangunanyang dilaksanakan oleh para partai politik (calon yang bertarung
dalam merebut kursi parlemen), pemerintahtetapi juga peran NGO/ LSM, Ormas,
lembaga pendidikan dan kampus bahkan berbagai perusahaan besar lewat berbagai
program pemberdayaan ingin memberi andil untuk mendorong tercapainya harapan
dan cita-cita tersebut. Semua aktor dan stekholders pendukung demokrasi telah
memilih cara dan pendekatan masing-masing untuk mendorong proses tersebut. Begitu
juga dengan kalangan pemerintah dan akademisi yang ingin melihat harapan dan
cita-cita tersebut terlaksana dan dapat menjawab harapan dan mimpi masyarakat
tentang indahnya berdemokrasi serta membawa dampak yang lebih baik untuk
kesejahtraan masyarakat, seperti hajat demokrasi dari rakyat untuk rakyat dan
menguntungkan rakyat (bukan rakyat pribadi) namun rakyat secara menyuluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar