Senin, 06 Januari 2014

Tahun Panas 2014, Akan Dibawa Kemana Nasib Kita ?



Selamat datang di tahun panas 2014. Sebuah tahun, babak dan kesempatan baru. Tentu, banyak harapan dicanangkan untuk berubah menjadi lebih baik. Namun, melihat realita yang ada, pertanyaan yang sama selalu muncul. Akankah negri ini menjadi lebih baik? 

Tahun 2014 digadang-gadang sebagai salah satu tahun penentu catur perpolitikan Indonesia. Dimana akan digelar sebuah perhelatan akbar Pesta Demokrasi. Pemilu dipercaya merupakan jalur terbaik untuk menentukan pemimpin yang baru, yang akan menggiring nasib negeri ini, entah ke puncak kesejahteraan, kemiskinan, kemelaratan atau keterpurukan? Benarkah?

Saat ini pemilu hanya sebuah agenda ambisius mendapatkan kekuasaan. Para pemenang pemilu bukanlah orang-orang yang tidak punya uang, bahkan mereka biasanya yang menguasai ekonomi dan media. Sehingga secara historis, semua pemenang adalah orang-orang bermodal besar. 

Ketika masyarakat melihat realita bahwa wakil rakyat yang mereka pilih, karena segenap janjinya untuk membangun negara ternyata melakukan korupsi, masyarakat kecewa dan tidak percaya. Munculah gejala distrust, ketidakpercayaan, terhadap pejabat dari hulu hingga hilir. Hal inilah yang memicu timbulnya Golput. Ketidakpercayaan ini juga kepada partai yang mengaku berbasis Islam. Bahkan, Golput dari tahun ke tahun semakin signifikan jumlahnya. Lembaga Survei Cirus Surveyors Group mengukur seberapa besar tingkat kepercayaan publik terhadap partai politik. Hasilnya, hanya tersisa 9,4% responden yang masih percaya (detik.com, 5/1/2014).

Hal ini meresahkan kalangan politisi dan pemegang kepentingan. Sehingga, untuk merangkul pemilih muslim yang notabene mayoritas. Dikeluarkanlah fatwa MUI, golput haram. Lucunya, mengapa Negara Indonesia dan segenap jajaran menterinya menolak aturan Islam, tapi mereka pada saat yang sama mencari-cari legitimisasi Islam untuk menyokong jalannya demokrasi. Hal ini sangat lucu. Mereka menolak tapi mengemis pada Islam pada saat yang sama. 

Akan Kemana kita membawa ummat ini?

Indonesia adalah negara yang kaya raya. Potensi kekayaan alamnya sangat luar biasa, baik sumber daya alam hayati maupun non hayati. Bisa dibayangkan, kekayaan alamnya mulai dari kekayaan laut, darat, bumi dan kekayaan lainnya yang terkandung di dalam bumi Indonesia tercinta ini mungkin tidak bisa dihitung.

Namun, pada faktanya Indonesia, negeri kaya tapi tak henti dirundung nestapa. Nasib serupa dialami kaum Muslim di berbagai belahan dunia. Di Indonesia, dinamika politik materialis, ekonomi kapitalis, sosial budaya liberal, dan hankam opportunis selama 2013 menunjukkan betapa negeri ini belum mapan dan jauh dari harapan.

Tidak adanya jaminan keamanan bagi warga negaranya, pemerintah gagal memenuhi kebutuhan rakyat, korupsi justru dilakukan lembaga yang seharusnya melakukan pemberantasan terhadapnya, terjadinya bentrokan horizontal. Ironisnya, aparat membiarkan hal itu terjadi dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Hal tersebut adalah ciri Negara gagal dan itu tampak pada Indonesia saat ini. Indonesia jelas negara gagal. 

Apa yang harus kita lakukan?

Setidaknya ada 3 hal yang perlu dilakukan. Pertama, pahami akar masalah. Kedua, miliki solusi yang jelas. Tiga, menyelesaikan dengan tindakan yang relevan. 

Memahami akar masalah adalah mengerti benar bahwa masalah mendasar masyarakat, terletak pada kesalahan pemahaman yang dianut dan dilaksanakan oleh masyarakat. Pun Indonesia bobrok bukan karena individu pemimpinnya saja. Malah karena sistemnya. Dengan demikian, akan dapat dilihat solusi tidak akan diraih hanya dengan pemilu. Hanya berganti individunya saja, sistemnya masih sama.Ganti sistem ganti rezim. yang secara telaah, liabilitas, validitas dan historis paling kuat dan mapan. Sistem Islam. (Bagaimana detilnya, hingga teknis terkecil, nanti secara bertahap saya paparkan).

Maka, sebagai pemuda yang secara fakta dan historis serta sunnatullah digariskan untuk merubah masyarakat. Tugas kita adalah dengan memberi solusi ke tengah masyarakat. Solusi Islam.

Tidak hanya itu, melainkan menggambarkan secara detil hingga teknis penerapannya. Karena, Islam tidak hanya cukup sekedar retorika. Harus tergambar jelas di benak kita bagaimana solutifnya Islam itu hingga tingkat Negara.

Mengapa Islam? Saya harap, masyarakat intelektual mengerti benar, Islam itu ideologi. sehingga sejajar dengan kapitalisme, sosialisme. sebuah sistem komprehensif. Islam punya pengaturan ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan, pendidikan, kesehatan. maka Islam adalah solusi fundamental. tidak seperti agama yang lain (yang maaf) tidak menyentuh (atau bahkan tidak ada). 

Maka, harus kita tinggalkan paradigma lama, Islam hanya sebuah agama ritual semata. Harus kita buka mata kita, bahwa ia sejajar dengan kapitalisme, sosialisme, ideologi-ideologi bangsa-bangsa, bahkan lebih tinggi. saya sebenarnya tidak mau menisbahkan dengan kapitalis atau sosialis. Hanya saja, saya gambarkan seperti ini, ideologi kapitalis dianut banyak negara salah satunya Indonesia, ini menunjukkan ideologi bersifat tak terbatas oleh satu negara. Dalam negara-negara berideologi kapitalis, hidup banyak agama, namun pola pikir dan perilaku masyarakatnya biasanya sekuler (memisahkan agama dari kehidupan). Ketika Ideologi Islam pun diterapkan, agama-agama tidak terancam, hanya pola pola berekonomi, berpolitik, sesuai dengan gaya Islam. 

Apa masalahnya? Mohon maaf, seringkali kita naif. tidak mau memberi kesempatan sebuah sistem yang lebih baik. hanya karena kita tidak punya cukup keberanian untuk mempelajari dan menerima. tidak masalah itu manusiawi. kita hanya perlu bersama menata ego bersama-sama. :)

Kembali ke tahun politik Indonesia.

Seorang pernah bertanya, “Banyak argumen yang berpendapat, kita harus memperbanyak massa di parlemen agar bisa membuat perubahan, apakah bisa begitu?”.

Pertama, samakan dulu persepsi perubahan. 

Kedua, secara histories perubahan malah banyak terjadi dengan gerakan ekstra-parlemen baik di eropa maupun di negeri-negeri Muslim. Mengubah melalui jalur intra parlemen dan pemilu tidak mempunyai landasan hostoris apalagi landasan syar’i. Intra Parlemen jika berbasis pada realita juga semakin tidak terbayangkan, bagaimana ia sanggup bersaing dengan berbagai partai besar lainnya, bagaimana ide-ide mereka selama ini tidak diterima, dan benturan-benturan dashyat berbagai kepentingan. Karena, menurut teori perubahan social, masyarakat bangkit dengan berubahanya pemahaman. 

Jadi, untuk bangkit masyarakat harus melalui proses edukasi. Bukan hanya edukasi bagaimana memilih cerdas. Tapi, esensi kebangkitan itu sendiri harus diedukasikan kepada masyarakat, itulah pentingnya peran kita berdakwah,”

perpolitikan Sumbawa

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten yang saat ini disibukkan dengan kegiatan pesta demokrasi 5 tahun. Hal ini dilakukan untuk menentukan cikal-bakal seorang legislator yang memiliki prinsip dan keterampilan memperjuangkan nasib rakyat sesuai dengan adat istiadat tau samawa pada zaman dahulu Adat Barenti ko Sara, Sara Barenti ko Kitabullah”. Itulah modal dasar pemimpin sumbawa untuk bangkit memperjuangkan hak masyarakat kabupaten sumbawa. 

Legislator yang bertarung disumbawa saat ini mestinya memiliki prisip yang sesuai dengan adatistiadat masyarakat samawa agar proses dalam menjalankan tugas mampu diemban dengan baik. 

Semoga dalam pesta demokrasi yang digelar 9 april nanti, mampu memberikan kontribusi serta mengemban amanah rakyat untuk kepentingan bersama.

Tidak ada komentar: