Kondisi wilayah negara indonesia saat ini terasa mencekam dengan adanya
kenaikan harga BBM yang sudah di umumkan oleh pemerintah beberapa waktu yang
lalu, beberapa wilayah melakukan aksi penolakan namun tak berbuahkan hasil. Alasan
pemerintah menaikan harga BBM karena adanya penurunan devisit anggaran yang
berdampak terhadap keuangan negara sehingga pemerintah mengambil solusi
terhadap kenaikan harga BBM tersebut.
Kondisi negara Indonesia saat ini kehilangan arah dalam membawa indonesia
keluar dari cangkraman kaum fiodal, mengapa tidak dengan adanya devisit
anggaran maka masyarakat dituntut untuk menyelamatkan devisit anggaran kehingga
indonesia tidak stagnan dalam hal keuangan.
Asumsi lain ketika keuangan negara hari ini mengalami devisit anggaran maka
satu kata yang terucap siapa suru bodoh, siapa suru korupsi
berjamaah. Itulah sekedar
jawaban dari kehawatiran pemerintah saat ini.
Belum lagi banyaknya sumber daya alam yang kurang
diperhatikan menjadi kelemahan indonesia dalam mengalami divisit anggara,
negara lain pada maju ko indonesia mampu memberikan kejayaan kepada 5 negara
untuk menikmati hasil sumber daya alam negaranya sendiri. Ini sengaja atau memang pemerintah
sengaja mempoles skenario dalam menjalankan roda organisasi saat ini ?
Negara-negara yang menikmati
hasil kekayaan indonesia diantaranya :
1.
Amerika Serikat
Di bidang tambang dan pengelolaan blok
migas, Amerika Serikat merupakan salah satu pemain utama di Indonesia.
Tentu masyarakat sangat familiar dengan
Freeport McMoran, perusahaan tambang yang mengelola lahan di Tembagapura,
Mimika, Papua. Produksi tambang itu per hari mencapai 220.000 ton biji mentah
emas dan perak.
Selain Freeport, masih ada Newmont,
perusahaan asal Colorado, Amerika, yang mengelola beberapa tambang emas dan
tembaga di kawasan NTT dan NTB. Tahun lalu, setoran perusahaan ke pemerintah
mencapai Rp 689 miliar, sudah mencakup semua pajak, dari keuntungan total
mereka. Jika dari NTT saja, pada 2012 pendapatan Newmont mencapai USD 4,17
juta.
Belum lagi sederet operator migas yang
rata-rata kelas kakap sebagai mitra pemerintah mengelola blok migas. Chevron,
memiliki jatah menggarap tiga blok, dan memproduksi 35 persen migas Indonesia.
Disusul ConocoPhilips yang mengelola
enam blok migas. Perusahaan yang telah 40 tahun beroperasi di Indonesia ini
merupakan produsen migas terbesar ketiga di Tanah Air. Lalu, tentu saja
ExxonMobil yang bersama Pertamina menemukan sumber minyak 1,4 miliar barel dan
gas 8,14 miliar kaki kubik di Cepu, Jawa Tengah.
2.
China
Negeri Tirai Bambu sangat aktif mencari
sumber energi non-migas dari negara lain, termasuk Indonesia. Salah satu
investasi besar mereka di Tanah Air adalah bidang batu bara. Selain itu, SDA
seperti nikel dan bauksit juga diincar perusahaan-perusahaan China.
Perusahaan tambang skala menengah dan
besar China bergerak di seluruh wilayah. Mulai dari Pacitan, Jawa Timur, sampai
Pulau Kabaena, Sulawesi Tenggara. Salah satu perusahaan besar adalah PT Heng
Fung Mining Indonesia yang berinvestasi di bidang nikel, di Halmahera, Maluku,
dengan target produksi bisa mencapai 200 juta ton.
PetroChina, perusahaan migas pelat
merah China juga mengelola beberapa blok. Salah satu yang baru ini tersorot
adalah 14 blok di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yang disegel pemerintah setempat
karena persoalan CSR.
3.
Inggris
British Petroleum (BP) adalah operator
lama sektor migas di Indonesia. Mengelola blok gas Tangguh di Papua, lewat anak
perusahaan BP Berau, investasi terbaru perusahaan asal Inggris itu di blok
tersebut mencapai USD 12,1 miliar.
BP mengelola Blok Tangguh Train III,
dengan 60 persen jatah mereka dapat diekspor ke Asia Pasifik, sementara 40
persen disalurkan ke Indonesia.
Pasokan gas yang dibutuhkan PLN juga
akan disalurkan oleh BP. Kerja sama strategis tersebut tertuang dalam nota
kesepahaman (MoU) pasokan gas alam cair untuk pembangkit milik PLN sebesar 230
mmscfd.
Perusahaan dan investor lain asal
Inggris saat ini sedang mengincar sektor sumber daya alam strategis lainnya.
Khususnya di bidang industri ramah lingkungan.
4.
Prancis
Perusahaan migas asal Negeri Anggur, Total, sudah
bermitra cukup lama dengan pemerintah Indonesia.
Total E&P Indonesie mengelola blok migas
Mahakam, Kalimantan Timur. Total bekerjasama dengan Inpex Corp dalam mengelola
blok Mahakam. Total mengendalikan 50 persen saham di blok tersebut dan Inpex
sisanya.
Pada 2008, Total mengajukan proposal untuk
memperpanjang kontrak karena ingin melakukan investasi lebih lanjut. Total
memproyeksikan Blok Mahakam pada 2013 memberikan pendapatan US$ 8,92 miliar.
Selain Total, perusahaan Prancis lain, Eramet,
berinvestasi di kawasan timur Indonesia. Eramet beroperasi di Indonesia melalui
kepemilikan saham pada PT Weda Bay Nickel di bawah konsorsium Strand
Mineralindo.
Investasi proyek pengolahan dan pemurnian (smelter)
bahan tambang di Halmahera Utara, Maluku tersebut mencapai US$ 5 miliar (Rp 50
triliun) dengan kapasitas 3 juta ton per tahun.
5.
Kanada
Canadian International Development Agency (CIDA)
mengembangkan 12 proyek di Sulawesi saja, semuanya berhubungan dengan
pengelolaan sumber daya alam.
Sheritt International dan Vale juga membuka tambang di
Indonesia. Khusus Vale, investasi di Sulawesi Tengah mencapai USD 2 miliar.
Melalui Nico Resources yang menjadi perpanjangan tangan
perusahaan migas Calgary asal Kanada, kini ada 20 blok yang dikelola, pengelola
blok terluas di Indonesia.
Dari kelima Negara tersebut Indonesia menjadi negara
penontot dari sumberdaya alamnya sendiri sementara negara lain menikmati Indonesia
gigit jari rakyat yang sensara.
Tulisan ini mencoba memadukan sebuah persoalan realita Indonesia
dengan penghasilan SDA yang ada. Namun hasilnya, masyarakatlah yang menjadi korbannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar