Malam
Nisfu Syakban dimuliakan karena pada malam itu, dua malaikat yakni Raqib dan
Atid, yang mencatat amal perbuatan manusia sehari-hari, menyerahkan
catatan-catatan amal tersebut kepada Allah SWT. Pada malam itu pula
catatan-catatan itu ditukar dengan yang baru. Hal itu sesuai dengan sabda
Rasulullah SAW, “Bulan Syakban itu bulan yang biasa dilupakan orang, karena
letaknya antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Ia adalah bulan yang
diangkatkan Tuhan amal-amal. Saya ingin diangkatkan amal saya ketika sedang
berpuasa.” (HR An-Nasa’i dari Usamah, sahabat Nabi SAW).
Di
samping itu, pada malam Nisfu Syakban turun beberapa kebaikan dari Allah SWT
untuk hamba-hamba-Nya yang berbuat baik pada malam tersebut. Kebaikan-kebaikan
itu berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), pembebasan dari azab dan
sebagainya. Dengan demikian, malam Nisfu Syakban antara lain dinamakan juga
malam syafaat, malam maghfirah, dan malam pembebasan.
Malam
itu juga disebut malam maghfirah karena pada malam itu Allah SWT menurunkan
ampunan-Nya kepada segenap penduduk bumi. Di dalam hadis Rasulullah SAW
dijelaskan, “Tatkala datang malam Nisfu Syakban, Allah memberikan ampunan-Nya
kepada penghuni bumi, kecuali bagi orang yang syirik dan berpaling pada-Nya.”
(HR Ahmad)
Selain
itu malam Nisfu Syakban disebut malam pembebasan karena pada malam itu Allah
SWT membebaskan manusia dari siksa neraka. Sabda Nabi SAW di dalam hadis yang
diriwayatkan Ibn Ishak dari Anas bin Malik, “Wahai Humaira (Asiyah RA) apa yang
engkau perbuat pada malam ini? Malam ini adalah malam Nisfu Syakban, di mana
Allah memberikan kebebasan dari neraka laksana banyaknya bulu kambing Bani
Kalb, kecuali (yang tidak dibebaskan) enam, yaitu; orang yang tidak berhenti
minum khamr, orang yang mencerca kedua orangtuanya, orang yang membangun tempat
zina, orang yang suka menaikkan harga (secara aniaya), petugas cukai (yang
tidak jujur), dan tukang fitnah.” Dalam riwayat lain disebutkan tukang pembuat
patung atau gambar sebagai ganti petugas cukai. (Sumber:
Masjid Istiqlal/rakyataceh.com)
Kebesaran
hari ini diterangkan oleh Rasulullah saw. ” Malaikat Jibril mendatangiku pada
malam Nishfu Sya’ban, seraya berkata, ”
Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dibuka. Bangunlah dan Shalatlah,
angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit .”
Rasulullah
saw bertanya, ” Malam apa ini Jibril ?”
Jibril
menjawab. ” Malam ini dibukakan
300 pintu rahmat. Tuhan mengampuni kesalahan orang yang tidak menyekutukan
Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bermusuhan,
orang yg terus menerus minum khamar (arak atau minuman keras), terus menerus
berzina, memakan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba
dan orang yang memutuskan silaturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai
mereka taubat dan meninggalkan kejahatan mereka itu .”
Rasulullah
pun keluar rumah, lentas mengerjakan shalat (sendirian) dan menangis dalam
sujudnya, seraya berdoa.” Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab dan siksa-Mu serta kemurkaan-Mu
Tiada kubatasi pujian-pujian
kepada-Mu sebagaimana
Engkau memuji diri-Mu, maka bagi-Mu lah segala pujia-pujian itu hingga Engkau
rela .” (HR Abu Hurairah)
Adapun
keutamaan bulan Sya’ban lainnya akan lebih jelas lagi dalam hadis-hadis
berikut:
v Hadis Pertama
Aisyah RA bercerita bahwa pada suatu malam dia
kehilangan Rasulullah SAW, ia keluar mencari dan akhirnya menemukan beliau di
pekuburan Baqi’, sedang menengadahkan wajahnya ke langit. Beliau berkata, “Sesungguhnya Allah Azza
Wajalla turun ke langit dunia pada malam Nishfu Sya’ban dan mengampuni (dosa)
yang banyaknya melebihi jumlah bulu domba Bani Kalb.” (HR Turmudzi, Ahmad dan
Ibnu Majah)
v Hadis Kedua
Diriwayatkan
oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, “ “Sesungguhnya
Allah pada malam Nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni
semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)
v Hadis Ketiga
Diriwayatkan
dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika malam Nishfu
Sya’ban tiba, maka salatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya,
karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah
yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon
rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku
menyelamatkannya, adakah yang begini (2x), demikian seterusnya hingga terbitnya
fajar.” (HR Ibnu Majah).
Demikianlah
keutamaan dan kelebihan malam Nishfu Sya’ban, marilah kita manfaatkan malam yang
mulia ini untuk mendekatkan diri dan memohon sebanyak-banyaknya kepada Allah.
Oleh
karena itu sahabatku, malam tersebut sangatlah baik untuk beribadah dan memohon
ampunan (bertaubat) atas segala hal buruk yang kita lakukan, dan semoga Allah
swt menerima segala amal ibadah dan mengampuni dosa-dosa dan kesalahan kita . .
Aamiin .
Rasulullah
bersabda: “Barang siapa yang
mengingatkan sesama tentang kedatangan bulan ini. Maka api neraka haram
baginya.”
Hukum Perayaan Malam Nisyfu Sya’ban
Sesungguhnya
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman (yang artinya) : “Pada hari ini telah
kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan nikmat-Ku dan telah
Kuridhai Islam sebagai agama bagimu “. (QS. Al Maidah : 3).
Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam pernah pernah bersabda (yang artinya): “Barang siapa mengada-adakan satu
perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak “.
(HR. Bukhari Muslim).
Masih
banyak lagi hadits-hadits yang senada dengan hadits ini, yang semuanya
menunjukan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan agama ini untuk
umat-Nya. Dia telah mencukupkan nikmat-Nya bagi mereka. Dia tidak mewafatkan
nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wassallam kecuali setelah beliau menyelesaikan
tugas penyampaian risalahnya kepada umat dan menjelaskan kepada mereka seluruh
syariat Allah, baik melalui ucapan maupun pengamalan.
Beliau
menjelaskan segala sesuatu yang akan diada-adakan oleh sekelompok manusia
sepeninggalnya dan dinisbahkan kepada ajaran Islam baik berupa ucapan ataupun
perbuatan, semuanya bid’ah yang tertolak, meskipun niatnya baik. Para sahabat
dan ulama mengetahui hal ini, maka mereka mengingkari perbuatan-perbuatan
bid’ah dan memperingatkan kita dari padanya. Hal ini disebutkan oleh mereka
yang mengarang tentang pengagungan sunnah dan pengingkaran bid’ah seperti Ibnu
Wadhah dan Abi Syamah dan lainnya.
Diantara
bid’ah yang biasa dilakukan oleh banyak orang adalah bid’ah mengadakan upacara
peringatan malam nisyfu sya’ban dan mengkhususkan hari tersebut dengan puasa
tertentu. Padahal tidak ada satupun dalil yang dapat dijadikan sandaran, memang
ada beberapa hadits yang menegaskan keutamaan malam tersebut akan tetapi
hadits-hadits tersebut dhaif sehingga tidak dapat dijadikan landasan. Adapun
hadits-hadits yang menegaskan keutamaan shalat pada hari tersebut adalah
maudhu’ (palsu).
A1
Hafidz ibnu Rajab dalam bukunya “Lathaiful Ma’arif ‘ mengatakan bahwa perayaan
malam nisfu sya’ban adalah bid’ah dan hadits-¬hadits yang menerangkan
keutamaannya adalah lemah.
Imam
Abu Bakar At Turthusi berkata dalam bukunya `alhawadits walbida’ :
“Diriwayatkan dari wadhoh dari Zaid bin Aslam berkata :”kami belun pernah
melihat seorangpun dari sesepuh ahli fiqih kami yang menghadiri perayaan nisyfu
sya’ban, tidak mengindahan hadits makhul (dhaif) dan tidak pula memandang
adanya keutamaan pada malam tersebut terhadap malam¬-malam lainnya”.
Dikatakan
kepada Ibnu Maliikah bahwasanya Ziad Annumari berkata:
“Pahala yang didapat (dari ibadah ) pada malam nisyfu sya’ban menyamai pahala
lailatul qadar.
bnu Maliikah menjawab : Seandainya saya mendengar ucapannya sedang ditangan
saya ada tongkat, pasti saya pukul dia. Ziad adalah seorang penceramah.
Al
Allamah Syaukani menulis dalam bukunya, fawaidul majmuah, sebagai berikut :
Hadits : “Wahai Ali barang siapa melakukan shalat pada malam nisyfu sya’ban
sebanyak seratus rakaat : ia membaca setiap rakaat Al Fatihah dan
Qulhuwallahuahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala …. dan
seterusnya.
Hadits
ini adalah maudhu’, pada lafadz-lafadznya menerangkan tentang pahala yang akan
diterima oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal,
sedangkan sanadnya majhul (tidak dikenal). Hadits ini diriwayatkan dari jalan
kedua dan ketiga, kesemuanya maudhu ‘ dan perawi¬-perawinya majhul.
Dalam
kitab “Al-Mukhtashar” Syaukani melanjutkan : “Hadits yang menerangkan shalat
nisfu sya’ban adalah batil” .
Ibnu
Hibban meriwayatkan hadits dari Ali : “…Jika datang malam nisfu sya’ban
bershalat malamlah dan berpusalah pada siang harinya”. Inipun adalah hadits
yang dhaif.
Imam
Syaukani berkata : “Hadits yang menerangkan bahwa dua belas raka’ at dengan
tulus ikhlas pahalanya adalah tiga puluh kali lipat, maudhu’. Dan hadits empat
belas raka’at ….dst adalah maudhu”.
Para
fuqoha’ banyak yang tertipu oleh hadits-¬hadits maudhu’ diatas seperti
pengarang Ihya’ Ulumuddin dan sebagian ahli tafsir. Telah diriwayatkan bahwa
sholat pada malam itu yakni malam nisfu sya’ban yang telah tersebar ke seluruh
pelosok dunia semuanya adalah bathil (tidak benar) dan haditsnya adalah
maudhu’.
Al-Hafidh
Al-Iraqy berkata : “Hadits yang menerangkan tentang sholat nisfu sya’ban
maudhu’ dan pembohongan atas diri Rasulullallah Shalallahu’alaihi Wassallam.
Dalam kitab Al-Majmu’, Imam Nawawi berkata :”Shalat yang sering kita kenal
dengan shalat ragha’ib berjumlah dua belas raka’at dikerjakan antara maghrib
dan isya’ pada malam jum’at pertama bulan rajab, dan sholat seratus raka’at
pada malam nisfu sya’ban, dua sholat ini adalah bid’ah dan mungkar.
Tak
boleh seorangpun terpedaya oleh kedua hadits tersebut hanya karena telah
disebutkan didalam kitab Qutul Qulub dan Ihya’ Ulumuddin, sebab pada dasarnya
hadits-haduts tersebut bathil (tidak boleh diamalkan). Kita tidak boleh cepat
mempercayai orang-orang yang menyamarkan hukum bagi kedua hadits yaitu dari
kalangan a’immah yang kemudian mengarang lembaran-¬lembaran untuk membolehkan
pengamalan kedua hadits tersebut.
Syaikh
Imam Abu Muhammad Abdurrahman bin Isma’ il Al-Maqdisy telah mengarang suatu
buku yang berharga; beliau menolak (menganggap bathil) kedua hadits diatas.
Dalam penjelasan diatas tadi, seperti ayat-ayat Al-Qur’an dan beberapa hadits
serta pendapat para ulama jelaslah bagi pencari kebenaran (haq) bahwa
peringatan malam nisfu sya’ ban dengan pengkhususan sholat atau lainnya, dan
pengkhususan siang harinya degan puasa itu semua adalah bid’ah dan mungkar
tidak ada dasar sandarannya didalam syari’at Islam ini, bahkan hanya merupakan
perkara yang diada-adakan dalam Islam setelah masa hidupnya para shahabat.
Marilah kita hayati ayat Al-Qur’an dibawah ini (yang artinya): “Pada hari ini
telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku
dan Ku-Ridhoi Islam sebagai agamamu”. Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang
semakna dengan ayat diatas. Selanjutnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda (yang artinya): “Barang siapa mengada-adakan satu perkara (dalam
agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak”. (HR. Bukhari
Muslim).
Dalam
hadits lain beliau bersabda (yang artinya): “Janganlah kamu sekalian
mengkhususkan malam jum ‘at dari pada malam-malam lainnya dengan suatu sholat,
dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang harinya untuk berpuasa dari
pada hari-hari lainnya, kecuali jika sebelum hari itu telah berpuasa” (HR.
Muslim).
Semoga
dengan kita melaksanakan sholat sunat nisfu sya’ban pada tahun ini dapat
memberikan pencerahan serta menuntun kita untuk selalu mengingat allah,serta
mengabulkan do’a kita semua.amin ya robbal alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar