Semarak dari penerimaan mahasiswa baru jalu SBMPTN telah gelar
serentak diseluruh perguruan tinggi se-indonesia, namun tahun ini Universitas
Mataram sebagai lembaga pendidikan kebanggan masyarakat NTB menyeleksi siswa/i
lulusan SMA,MA dan SMK / Sederajat sebanyak 12.375 orang yang akan mengundi
nasib menjadi mahasiswa dikampus tersebut sebanyak 1.032 orang. Namun dengan sistem seperti ini mampukah
merubah pendidikan indonesia ?
Ujian kelulusan bagi siswa/i telah dilalui, ada yang
lulus dan ada yang tidak. Semua itu tentu kembali dengan keprebadian
masing-masing untuk menentukan nasib dengan berbekal belajar dan belajar.
Kini penantian dan harapan untuk masuk keperguruan tinggi
menjadi duri setelah melewati masa-masa kritis dibangku SMA, aturan yang tidak
bis dirubah menjadi indikator yang mesti
dijalani oleh seorang calon mahasiswa yang memiliki niat masuk keperguruan
tinggi negeri. Suka duka serta penderitaan dialami dan dinikmati tanpa ada rasa
penyesalan untuk dapat memenuhi hajad yang diharapkan, berbekal pengalaman dan
perjuangan tentu ada yang berhasil lolos cobaan dan ada pula yang tidak. Karena
jumlah peserta jauh lebih banyak dari pada yang akan diterima. Masuk kulian susah, bayar kulia banyak,
dapat kerja sulit. Inilah sindiran pertama yang harus dilewati oleh seorang
calon mahasiswa !
Anak kulia orang tua pun
berfikir habis kulia dapat pekerjaan, namun pemerintah berkata lain. Inilah pola
pendidikan sebagai bentuk mengangkat derajat indonesia di mata dunia yang
mencegam anaknya sendiri. Memang
cocok pepatah kuno itu,
Berakit-rakit
kehulu,
berenang-renang
ketepian,
bersakit-sakit
dahulu,
bersenag-senag
kemudia.
Ini semboyan penyemangat calon mahasiswa dengan kesulitan
menginjak kaki diperguruan tinggi. Akankah
kita menjadi penonton seperti kasus lain di wilayah sendiri ?
Renunggilah untuk berbuat atau menikmati sistem yang
ada......!!!!!!!!!!!!!!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar