Banyak
hikmah pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan bagi kehidupan pribadi dan kehidupan
sosial. Tapi hikmah itu akan dapat dimanifestasikan, kalau substansi dan
filosofi rangkaian ibadah puasa Ramadhan itu, dapat diinternalisasikan dalam
diri pelaku puasa. Tanpa seperti itu, sulit untuk mendapatkan makna dari ibadah
puasa Ramadhan bagi kehidupan. Bahkan, boleh jadi lebih buruk, sebagaimana yang
disinyalir oleh Rasulullah saw., ”Betapa banyak orang yang berpuasa, namun
tidak mendapatkan apa-apa, kecuali haus dan lapar.”
Bagi
kehidupan pribadi, puasa akan memberikan kontribusi penting atau peran yang
signifikan dalam pembentukan jati diri. Rekontruksi jatidiri di sini, meliputi
proses penyempurnaan, pencerahan dan kesehatan fisik dan psikis serta material
dan spritual. Puasa, merupakan satu cara untuk mendidik individu dan masyarakat
untuk tetap mengontrol keinginan dan kesenangan dalam dirinya walaupun
diperbolehkan. Dengan berpuasa seseorang dengan sadar akan meninggalkan makan
dan minum sehingga lebih dapat menahan segala nafsu dan lebih bersabar untuk
menahan emosi, walaupun mungkin terasa berat melakukannya.
Secara
fisik, orang yang berpuasa cendrung akan lebih sehat dan stabil pasca
pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Hal itu disebabkan karena selama bulan
Ramadhan lambung dan perut terkontrol isinya. Jika sebelum bulan Ramadhan perut
dan lambung berisi terus, sehingga metebolisme tidak berjalan lancar, maka
untuk menetralisir kembali dan mengembalikan keseimbangan tubuh, puasa
merupakan salah satu metode yang efektif. Beberapa pakar kesehatan mengakui
akan hal itu pada penelitan yang pernah mereka lakukan. Diantaranya, klinik
dunia terkemuka yang dipimpin oleh DR. H. Lahman, DR. Muller dll, mengemukakan
bahwa puasa sangat efektif dalam mengobati gangguan pencernaan, gangguan
kegemukan, lever jantung, keletihan, kencing manis dan tekanan darah tinggi.
Hal
senada juga dikemukakan oleh DR. Alexis Karl, seorang Doktor ahli bedah,
psikiater Amerika yang telah memenangkan hadiah nobel untuk bidang kedokteran.
Dia mengemukakan, bahwa salah satu cara yang paling ampuh dalam menyehatkan
fungsi makanan adalah denga berpuasa. (Majalah, Wa’ayu al Islami, Ramadhan,
1930 H/ 1970 M, terbitan Kementrian Wagah dan Agama Kuwait).
Dalam
konteks ini, Rasulullah saw. menegaskan:
”Berpuasalah agar kamu sehat.” Kemudian dengan berpuasa, kita akan terbiasa
untuk hidup secara sederhana. Dalam hal ini, Rasulullah saw. menegaskan: ”Dari
Abu Huraihah ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda. ”Allah Azza Wazalla
berfirman: tiap-tiap manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa sebab puasa
itu untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan pahala kepadanya. Puasa adalah
perisai, bila seseorang di atara kamu berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor
dan jangan melakukan perkataan keji dan mungkar. Tidak menyinggung dan
menyakiti seseorang. Bila di antara kamu ada yang memusuhi, maka katakanlah:
aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhori Muslim).
Hadis
di atas menggambarkan bahwa melalui puasa akan tercerminlah sikap pribadi
bermental utuh dan suci (fitrah). Orang yang berpuasa akan terdidik menjadi
orang yang memiliki sifat-sifat terpuji, seperti pemaaf, penyabar, disiplin dan
ikhlas. Maka produktifitas ibadah spritual kita, akan semakin memperkokoh
penyempurnaan kemanusiaan kita (insanul kamil). Amatlah tepat, kalau kemudian
pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang dilaksanakan penuh dengan
keimanan dan kesadaran, dapat mewujudkan pribadi atau individu muslim yang
unggul, cerdas, sehat dan sholeh.
Selain
bermakna bagi
kehidupan pribadi. Ramadhan juga sangat bermakna bagi kehidupan sosial. Dengan
berpuasa para aghniya (orang kaya) dan lapisan
masyarakat elit bisa merasakan pedihnya kehidupan orang-orang yang setiap hari
dilanda kelaparan karena miskin. Sebab secara fisik orang yang berpuasa
mengalami sendiri, payahnya menahan lapar dan dahaga di siang hari. Kondisi
ini, akan meluluhkan hati kita untuk mau respon dengan lingkungan sosial,
khususnya menyangkut partisipasi kita terhadap kaum miskin. Hal ini
menunjukkan, bahwa puasa Ramadhan memiliki aspek yang sangat dominan dalam
menciptakan rasa ukhuwah atau solidaritas sosial. Ramadhan merupakan kesempatan
bagi orang kaya untuk mendidik hati nurani agar menjadi manusia yang berhati
lembut, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi dan bersedia mengutamakan kepentingan
orang lain demi kebersamaan dan kemaslahatan.
Dengan
demikian, sejatinya seorang Muslim tidak sekedar menjadikan puasa sebagai
kewajiban tahunan, menahan lapar dan berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak
berbekas dalam jiwa ataupun perilaku bersosialisasi di masyarakat. Lebih dari
itu, puasa adalah kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian
kepada hal sosial kemasyarakatan.
Penutup
Begitulah,
puasa ini sesungguhnya memberikan makna dan hikmah besar bagi pembentukan
kehidupan pribadi dan sosial kita menuju tatanan sosial yang tercerahkan.
Implikasi hikmah pelaksanaan ibadah puasa ini sangat sarat dengan pembinaan dan
pembelajaran untuk membentuk kehidupan pribadi dan sosial kita menuju kehidupan muttaqien. Semoga
saja kita dan suluruh masyarakat kita dapat memetik hikmah ini. Amin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar