Selasa, 09 Juli 2013

PESAN PUASA BAGI KEHIDUPAN PRIBADI DAN SOSIAL


 

Banyak hikmah pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan bagi kehidupan pribadi dan kehidupan sosial. Tapi hikmah itu akan dapat dimanifestasikan, kalau substansi dan filosofi rangkaian ibadah puasa Ramadhan itu, dapat diinternalisasikan dalam diri pelaku puasa. Tanpa seperti itu, sulit untuk mendapatkan makna dari ibadah puasa Ramadhan bagi kehidupan. Bahkan, boleh jadi lebih buruk, sebagaimana yang disinyalir oleh Rasulullah saw., ”Betapa banyak orang yang berpuasa, namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali haus dan lapar.”

Bagi kehidupan pribadi, puasa akan memberikan kontribusi penting atau peran yang signifikan dalam pembentukan jati diri. Rekontruksi jatidiri di sini, meliputi proses penyempurnaan, pencerahan dan kesehatan fisik dan psikis serta material dan spritual. Puasa, merupakan satu cara untuk mendidik individu dan masyarakat untuk tetap mengontrol keinginan dan kesenangan dalam dirinya walaupun diperbolehkan. Dengan berpuasa seseorang dengan sadar akan meninggalkan makan dan minum sehingga lebih dapat menahan segala nafsu dan lebih bersabar untuk menahan emosi, walaupun mungkin terasa berat melakukannya.

Secara fisik, orang yang berpuasa cendrung akan lebih sehat dan stabil pasca pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Hal itu disebabkan karena selama bulan Ramadhan lambung dan perut terkontrol isinya. Jika sebelum bulan Ramadhan perut dan lambung berisi terus, sehingga metebolisme tidak berjalan lancar, maka untuk menetralisir kembali dan mengembalikan keseimbangan tubuh, puasa merupakan salah satu metode yang efektif. Beberapa pakar kesehatan mengakui akan hal itu pada penelitan yang pernah mereka lakukan. Diantaranya, klinik dunia terkemuka yang dipimpin oleh DR. H. Lahman, DR. Muller dll, mengemukakan bahwa puasa sangat efektif dalam mengobati gangguan pencernaan, gangguan kegemukan, lever jantung, keletihan, kencing manis dan tekanan darah tinggi.

Hal senada juga dikemukakan oleh DR. Alexis Karl, seorang Doktor ahli bedah, psikiater Amerika yang telah memenangkan hadiah nobel untuk bidang kedokteran. Dia mengemukakan, bahwa salah satu cara yang paling ampuh dalam menyehatkan fungsi makanan adalah denga berpuasa. (Majalah, Wa’ayu al Islami, Ramadhan, 1930 H/ 1970 M, terbitan Kementrian Wagah dan Agama Kuwait).

Dalam konteks ini, Rasulullah saw. menegaskan: ”Berpuasalah agar kamu sehat.” Kemudian dengan berpuasa, kita akan terbiasa untuk hidup secara sederhana. Dalam hal ini, Rasulullah saw. menegaskan: ”Dari Abu Huraihah ra, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda. ”Allah Azza Wazalla berfirman: tiap-tiap manusia adalah untuk dirinya, kecuali puasa sebab puasa itu untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan pahala kepadanya. Puasa adalah perisai, bila seseorang di atara kamu berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan jangan melakukan perkataan keji dan mungkar. Tidak menyinggung dan menyakiti seseorang. Bila di antara kamu ada yang memusuhi, maka katakanlah: aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhori Muslim).

Hadis di atas menggambarkan bahwa melalui puasa akan tercerminlah sikap pribadi bermental utuh dan suci (fitrah). Orang yang berpuasa akan terdidik menjadi orang yang memiliki sifat-sifat terpuji, seperti pemaaf, penyabar, disiplin dan ikhlas. Maka produktifitas ibadah spritual kita, akan semakin memperkokoh penyempurnaan kemanusiaan kita (insanul kamil). Amatlah tepat, kalau kemudian pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang dilaksanakan penuh dengan keimanan dan kesadaran, dapat mewujudkan pribadi atau individu muslim yang unggul, cerdas, sehat dan sholeh.

Selain bermakna bagi kehidupan pribadi. Ramadhan juga sangat bermakna bagi kehidupan sosial. Dengan berpuasa para aghniya (orang kaya) dan lapisan masyarakat elit bisa merasakan pedihnya kehidupan orang-orang yang setiap hari dilanda kelaparan karena miskin. Sebab secara fisik orang yang berpuasa mengalami sendiri, payahnya menahan lapar dan dahaga di siang hari. Kondisi ini, akan meluluhkan hati kita untuk mau respon dengan lingkungan sosial, khususnya menyangkut partisipasi kita terhadap kaum miskin. Hal ini menunjukkan, bahwa puasa Ramadhan memiliki aspek yang sangat dominan dalam menciptakan rasa ukhuwah atau solidaritas sosial. Ramadhan merupakan kesempatan bagi orang kaya untuk mendidik hati nurani agar menjadi manusia yang berhati lembut, memiliki rasa persaudaraan yang tinggi dan bersedia mengutamakan kepentingan orang lain demi kebersamaan dan kemaslahatan.

Dengan demikian, sejatinya seorang Muslim tidak sekedar menjadikan puasa sebagai kewajiban tahunan, menahan lapar dan berbuka, kemudian setelah itu hampir tidak berbekas dalam jiwa ataupun perilaku bersosialisasi di masyarakat. Lebih dari itu, puasa adalah kewajiban yang mampu menggugah moral, akhlak, dan kepedulian kepada hal sosial kemasyarakatan.

Penutup

Begitulah, puasa ini sesungguhnya memberikan makna dan hikmah besar bagi pembentukan kehidupan pribadi dan sosial kita menuju tatanan sosial yang tercerahkan. Implikasi hikmah pelaksanaan ibadah puasa ini sangat sarat dengan pembinaan dan pembelajaran untuk membentuk kehidupan pribadi dan sosial kita menuju kehidupan muttaqien. Semoga saja kita dan suluruh masyarakat kita dapat memetik hikmah ini. Amin...


Tidak ada komentar: