Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
disebutkan bahwa hakekat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pola
manusia seutuhnya berarti dalam pelaksanaan pembangunan fisik hendaknya tidak
terlepas dari jalur yang mengarah kepada ketinggian martabat manusia. Manusia
seutuhnya berarti pula manusia yang mencerminkan keselarasan hubungannya dengan
Allah Swt, dan lingkungannnya. Manusia seutuhnya adalah manusia yang bermutu
tinggi baik lahiriah maupun batinia
Untuk mewujudkan manusia yang bermutu tinggi tersebut diperlukan berbagai
upaya, antara lain melalui dakwah Islamiah. Namun dengan perkembangan
masyarakat yang semakin dinamis dewasa ini dan beragamnya watak dan corak
sasaran dakwah, maka pelaksanaan dakwah dihadapkan kepada persoalan yang
semakin kompleks. Untuk itu diperlukan sarana dakwah baik memuat materi dan
metode maupun media informasi yang dapat mendukung kelancaran pelaksanaan
dakwah.
Masalah dakwah dalam Islam sama umurnya
dengan Islam sebagai agama Allah Swt, agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad Saw, pada dasarnya disebarluaskan dengan jalan dakwah. Dakwah ini
dijalankan Nabi dengan cara lemah lembut. Memang melalui dakwah orang-orang
Arab Jahiliah diharapkan secara sukarela menjadi seorang muslim. Menjadi
seorang muslim hendaknya didasarkan kepada penerimaan dan kesadaran, bukan
dengan paksaan atau tekanan.
Dalam melaksanakan dakwah, haruslah
dipertimbangkan secara sungguh-sungguh tingkat dan kondisi cara berpikir mad’u
(penerima dakwah) yang tercermin dalam tingkat peradabannya termasuk sistem
budaya dan struktur sosial masyarakat yang akan atau sedang dihadapi. Secara
evolusi, obyek dakwah mengalami perkembangan ke arah yang lebih tinggi sesuai
dengan tingkat kemajuan dan intelektual. Bahkan seharusnya seirama dengan
tingkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan dakwah dimaksudkan agar
ajaran Islam secara keseluruhan meresapi kehidupan manusia sehingga mampu
memecahkan segala masalah kehidupannya, pemenuhan kebutuhannya yang sesuai
dengan ridha Allah swt. Dengan demikian, dakwah dipandang sebagai proses
pendidikan individu dan masyarakat sekaligus proses pembangunan itu sendiri.
Dakwah dipandang sebagai proses pendidikan yang baik dan benar-benar harus
mengacu pada nilai-nilai Islam yang diterapkan sedini mungkin kepada anak-anak.
Apabila proses tersebut dapat berjalan dengan baik, kita akan melihat munculnya
generasi muda yang memiliki komitmen yang kuat. Mereka adalah para pemuda yang
selalu siap mengemban misi kemanusiaan kepada masyarakat yang ada di
lingkungannya dan siaga dalam memenuhi panggilan yang diserukan oleh negara.
Akan tetapi, hal itu tidak mudah untuk
diwujudkan. Sebab, banyak faktor eksternal yang mempengaruhi para remaja dan
memperlemah pembentukan kepribadian mereka, di samping beberapa faktor internal
dari dalam diri mereka sendiri yang sangat berpengaruh bagi mereka. Di antara
faktor yang mempengaruhi remaja adalah sikap meremehkan dan melalaikan proses
pendidikan.
Semakin banyak faktor yang mempengaruhi
remaja dalam membentuk kepribadiannya, semakin banyak pula penyimpangan yang
akan ditimbulkan. Khususnya di Indonesia, remaja saat ini tampaknya sudah
mengalami krisis moral akibat dari arus yang tidak terbendung datangnya dari
dunia Barat. Penyimpangan-penyimpangan ini sangat berbahaya dan rentan menimpa
para remaja karena mereka sedang mengalami masa transisi menuju kedewasaan.
Apabila hal ini tidak ditangani secara serius, penyimpangan-penyimpangan
tersebut dapat menjadi momok yang menakutkan, bahkan bisa berujung pada
pembangkangan.
Untuk menyelamatkan generasi yang akan
datang, remaja harus dibina untuk mempersiapkan lahirnya generasi manusia yang
mampu menghadapi kehidupan masa depan. Hal ini sangat relevan dengan sabda Nabi
Muhammad saw sebagaimana yang dikutip oleh Abd. Rahman Getteng dalam salah satu
hadis yang artinya: “Didiklah anak-anakmu, karena sesungguhnya mereka akan
dipersiapkan hidup pada masa depan (kondisi) yang berbeda dengan masa kamu” .
Maka bermacam-macam harapan yang muncul di tengah masyarakat yang menempatkan
masa remaja sebagai generasi penerus bangsa. Harapan tersebut wajar karena
peralihan generasi dalam perjalanan hidup umat manusia merupakan suatu
kenyataan yang tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, remaja menjadi tumpuan
harapan semua pihak untuk menata masa depan yang lebih baik.
Mantan presiden Republik Indonesia,
Soeharto mengungkapkan dalam suatu kesempatan bahwa kita semua menyadari masa
depan adalah milik generasi muda, namun kita juga menyadari bahwa masa depan
tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan lanjutan dari masa kini. Masa kini adalah
hasil dari masa lalu. Oleh karena itu, keikutsertaan generasi muda dalam
memikirkan dan menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa kita jangan
ditunggu sampai besok. Generasi muda adalah andalan dan harapan bangsa kita. Harapan-harapan
tersebut menjadi suatu keprihatinan yang mendalam ketika menyaksikan situasi
akhir-akhir ini dimana kenakalan remaja muncul di permukaan dengan sosok yang
lebih variatif dan kadar intensitasnya pun semakin meningkat sebagai imbas dari
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam dewasa ini, masalah dedekasi
moral atau kebobrokan akhlak yang melanda sebagian remaja yang sangat
meresahkan berbagai kalangan, masalah ekonomi pun (kesulitan hidup) dari hari
ke hari cukup menyengsarakan dan mengancam ketentraman hidup berumah tangga.
Kedua masalah ini saling berkaitan, sebab dengan kebejatan moral terjadi
penghamburan harta atau pengeluaran yang tidak bermanfaat. Sebaliknya,
kesulitan ekonomi akan menyebabkan pengangguran yang terkadang mengakibatkan
terjadinya pelanggaran norma-norma yang dianut dalam suatu masyarakat. Tugas
dan tanggung jawab dalam pembinaan remaja, baik secara mikro adalah amanah
Allah kepada kedua orang tua dalam rumah tangga. Namun secara makro hal
tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua di rumah, guru-guru
di sekolah, serta tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam lingkungan yang lebih
luas. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang informasi dan
transformasi telah memudahkan para remaja meniru berbagai gaya hidup yang bertentangan
dengan nilai-nilai budaya bangsa. Di bidang transportasi telah memudahkan para
remaja untuk mendapatkan narkotika dan berbagai obat terlarang. Serta berbagai
penyimpangan lainnya yang telah melibatkan remaja. Para orang tua, para guru,
dan seluruh masyarakat sudah sangat khawatir dengan keterlibatan remaja pada
perilaku-perilaku yang bertentangan dengan tradisi masyarakat, norma hukum dan
norma agama. Perilaku-perilaku tersebut seperti: perampokan, tindak kekerasan,
pemerkosaan, deviasi perilaku sosial, lari dari rumah, minum minuman keras,
tawuran antar pelajar,dan perilaku destruktif lainnya.
Perilaku destruktif yang dilakukan para
remaja disebut kenakalan remaja. Kenakalan remaja berarti suatu penyimpangan
yang ditunjukkan oleh remaja sehingga mengganggu diri sendiri dan orang lain.
Kenakalan remaja sudah menjadi problem nasional sehingga Presiden Republik
Indonesia mengeluarkan instruksi tentang pembentukan Badan Koordinasi
Penanggulangan Kenakalan Remaja, yaitu Instruksi Presiden No. 6 Tahun 1971,
dilaksanakan secara koordinatif antara departemen dengan instansi kepolisian
RI. Remaja yang melakukan kejahatan pada umumnya kurang memiliki kontrol diri,
atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut suka menegakkan standar
tingkah laku sendiri, disamping meremehkan keadaan orang lain. Kejahatan yang
mereka lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental dan motif-motif
subyektif, yaitu untuk mencapai obyek tertentu yang disertai kekerasan.
Dari berbagai penyimpangan dan tindakan yang dilakukan oleh remaja yang
berhubungan dengan tradisi masyarakat, norma hukum dan norma agama, tidak
terlepas dari berbagai macam faktor penyebab, baik yang berasal dari diri
remaja sendiri (internal) maupun penyebab yang berasal dari luar dirinya
(eksternal) perlu dicarikan solusi (pemecahannya). Upaya ini menghendaki agar
remaja dapat keluar dari problematika yang dihadapinya yang dapat membahayakan
dirinya dan orang lain.
Bertitik tolak dari problematika remaja
yang sering kita saksikan dewasa ini, maka dakwah merupakan saham yang turut
andil dalam mencari solusi dan penyelesaian dari masalah-masalah tersebut.
Untuk itu diperlukan adanya dakwah yang efektif dan efisien terhadap remaja,
sehingga dapat memahami dan menerapkan tuntunan ajaran agama Islam secara tepat
dalam kehidupan sehari-hari.
Maka pembinaan terhadap kader dakwah
dan penerapan metode dakwah harus menjadi perhatian serius pemerintah dan
lembaga dakwah dalam melakukan terobosan baru untuk mengatasi masalah kenakalan
remaja yang hingga saat ini masih juga membawa dampak buruk dalam kehidupan nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar